ESANDAR, Jakarta – Neraca obligasi pemerintah dan obligasi pemerintah mencapai rekor tertinggi 953,24 triliun won (US $ 888,8 miliar) tahun lalu, meskipun laju kenaikan utang melambat, demikian data dari Korea Financial Investment Association (KOFIA) yang diterbitkan pada hari Selasa (27/02/2018).
Saldo obligasi pemerintah, atau total penerbitan dikurangi redemption, mencapai 615,22 triliun won pada akhir 2017, pertama kali melampaui 600 triliun won. Ini meningkat 5,8 persen dari tahun sebelumnya. Saldo untuk obligasi khusus yang didukung pemerintah, yang dikeluarkan oleh badan-badan negara, mencapai 338,02 triliun won.
Pertumbuhan utang, meski melambat untuk tahun kedua berturut-turut, namun menurut KOFIA, tetap naik dari kenaikan 10,5 persen di tahun 2015 menjadi 6,7 persen pada tahun 2016 dan 5,8 persen tahun lalu. Angka 2017 adalah yang terkecil sejak kenaikan 3,7 persen di tahun 2008, ketika Korea Selatan dilanda krisis keuangan global.
Obligasi khusus yang didukung pemerintah juga turun, saldo mereka meningkat 0,4 persen tahun lalu dibandingkan dengan 8,7 persen pada tahun 2015 dan 0,7 persen pada tahun 2016. Angka tersebut setinggi 40 persen di tahun 2009.
Data terkait mengindikasikan pemerintah telah menerbitkan lebih sedikit obligasi dalam beberapa tahun terakhir. Sementara penerbitan meningkat dari 86 triliun won di tahun 2010 menjadi 163 triliun won pada tahun 2015, turun menjadi 138 triliun won pada tahun 2016 dan menjadi 124 triliun won pada tahun 2017.
Pejabat mengatakan memperbaiki ekonomi nasional dan penerimaan pajak yang lebih tinggi berada di balik tren tersebut. Penerimaan pajak tahun lalu adalah 265,4 triliun won, naik 22,8 triliun won dari tahun sebelumnya dan 14,3 triliun won lebih tinggi dari yang diperkirakan. Restrukturisasi perusahaan membantu menurunkan saldo obligasi khusus, menurut para pejabat tersebut.
Sekitar 91 triliun won dalam obligasi khusus diterbitkan pada tahun 2015, yang anjlok menjadi 60 triliun won pada tahun 2016. Mereka naik sedikit menjadi 64 triliun won tahun lalu. Tingkat pelunasan obligasi melonjak menjadi 97,7 persen tahun lalu dari 70,5 persen di tahun 2015, yang berarti penebusan hampir sama dengan penerbitan. (Lukman Hqeem)