ESANDAR, Jakarta – Yen Jepang menguat ke level tertinggi terhadap dolar AS. sejak awal September, karena investor terus mencari keamanan – safe haven, di tengah ketidakpastian seputar ekuitas global. Ini merupakan faktor yang membantu menciptakan sebuah tesis, bahwa yen akan setapak lebih tinggi pada tahun 2018 ini.
Pada hari Selasa, pasangan USDJPY mencapai titik terendah ¥ 107,41, 1,1% di bawah harga Senin sore di ¥ 108,65 dan terendah 5 bulan. Para analis telah memindai yen sebagai indikator volatilitas pasar saham, dimana akan terjadi penumpahan ke dalam perdagangan valuta asing.
Melemahnya Yen disatu sisi membawa ke level resistensi teknis yang bisa memicu kenaikan pesanan perdagangan. Hal ini akan mengarahkan perdagangan Yen ke posisi yang lebih runcing lagi.
Yen sebagai mata uang pengaman, sebagaimana Swiss Franc, akan menjadi tujuan investasi ditengah ketidakpastian yang menghinggapi pasar. Pada waktu tertentu, dimana dolar AS, yang diperdagangkan oleh para pedagang- memasuki masa-masa sulit, membuat Yen dan Franc menjadi barometer sentimen pasar. Di sisi lain, mata uang seperti Loonie Kanada dan Aussie Australia, cenderung menguat di lingkungan berisiko terutama karena ketergantungan mereka pada harga komoditas.
Langkah Bank of Japan untuk melakukan aksi beli kembali aset-aset telah memanaskan volatilitas pasar saham. Pembelian ETF kedalam neraca BoJ disatu sisi diangap telag menyimpang. Distorsi ini menyerukan untuk mempertanyakan keberlanjutan jalur ekspansioner BOJ. Namun, sebagian besar investor telah melihat pengangkatan kembali Gubernur Haruhiko Kuroda dalam jangka pendek akan tetap memberikan sinyal kesinambungan kebijakan ini. Program pelonggaran kuantitatif ekstensif Jepang ini telah melemahkan yen.
Haruhiko Kuroda akan melanjutkan kebijakan suku bunga ultra rendahnya. Hal ini tentu membuat yen sebagai mata uang pendanaan utama akan mengalami carry trade. Kondisi di mana investor meminjam dengan mata uang berimbal hasil rendah dan menggunakan hasil penjualan untuk membeli aset hasil yang lebih tinggi. Tapi gejolak pasar bisa menyebabkan perdagangan tersebut melemah. Yen juga didorong oleh investor Jepang yang melikuidasi kepemilikan asing dan membawa uang kembali ke rumah pada saat terjadi masalah.
Saat ini, titik utama perhatian akan ditujukan pada keefektifan pendekatan kebijakan moneter Bank of Japan. Menimbang biaya potensial dari distorsi pasar – yaitu stabilitas keuangan – terhadap manfaat dari kebijakan ini, baik dalam jangka pendek dan panjang. Untuk saat ini, kami percaya BOJ akan mempertahankan kebijakan moneter, namun kedepannya, akan dilakukan sejumlah penyesuaian atas imbal hasil hingga mencapai satu titik pada kurvanya. Selain program pembelian asetnya, BOJ juga menetapkan kisaran yield untuk utang pemerintah Jepang, yang dikenal dengan JGBs sebesar 6,57%
Pada akhir tahun lalu, diperkirakan bahwa yen di 2018 berpotensi menguat. Sinyal ini karena BOJ dapat mengikuti jejak rekan-rekannya dalam menaikkan suku bunga dan bergerak menuju normalisasi kebijakan tepat setelah meningkatnya inflasi dan konvergensi kebijakan moneter, sehingga memperkuat yen.
Faktanya, dengan mata uang Jepang menjadi tujuan yang menarik bagi investor yang menghindari risiko, sepertinya yen akan memiliki tahun yang kuat hampir terlepas dari apakah atau mengapa bank sentralnya memutuskan untuk tetap atau mengubah arah kebijakannya. (Lukman Hqeem)