ESANDAR, Jakarta – Harga emas masih dalam nuansa tertekan pada perdagangan Rabu (08/02/2018). Penguatan Dolar AS oleh sejumlah sentimen menjadi penghalan kebangkitan harga emas.
Keputusan Konggres untuk memberikan anggaran belanja senilai 300 Milyar Dolar AS kepada pemerintah, memberikan harapan bahwa pemerintahan Donald Trump akan aman-aman saja operasionalnya dalam dua tahun kedepan. Tentu saja, harapan akan kinerja ekonomi akan terangkat semakin membesar. Akhirnya, setiap inci kondisi ekonomi AS membaik, semakin kuat Dolar AS dan semakin tertekan harga emas pula.
Harga emas diperdagangkan pada kisaran $1.310, ini merupakan posisi terendah terdekat di 1.307,70 pada 10 Januari silam. Posisi ini sekaligus menandai koreksi harga emas memasuki tahap konsolidasi, sebelum memutuskan apakah akan terkoreksi lebih dalam ke area $1.298, yang merupakan level pertengahan koreksi sepanjang sesi perdagangan sejak 12 Desember silam.
Salah satu sentiment kenaikan harga logam mulia ini, adalah ketika pemerintah AS terpaksa menutup sejumlah layanan akibat masalah anggaran selama 3 hari. Investor yang was-was akan gangguan bagi aktifitas ekonomi AS, memilih lari ke emas untuk melakukan lindung nilai.
Sayangnya, sejak akhir minggu lalu ketika sejumlah indikasi angka ketenaga kerjaan AS membaik, harga emas terkoreksi tajam. Aksi jual tertahan dengan terjadinya aksi jual besar-besaran di bursa saham AS pada Jumat dan Senin kemarin. Namun seiring dengan membaiknya pasar saham AS, kembali harga emas tertekan.
Tekanan kepada harga logam mulia juga berasal dari kenaikan imbal hasil Obligasi AS yang kembali melejit. Tentu saja emas akan kalah bersaing dengan aset yang memberikan imbal bunga hasil investasi, mengingat Emas merupakan aset yang tidak berbunga.
Sejumlah prakiraan terkini juga semakin memberikan dorongan negatif. Kondisi ekonomi yang membaik, akan membuka peluang kenaikan suku bunga AS lebih dini dilakukan. Keyakinan pasar adalah kenaikan suku bunga AS akan dilakukan pada Maret ini. Tahun ini setidaknya akan ada 3 kenaikan suku bunga. Bahkan pihak BNP Paribas merevisi proyeksi kenaikan suku bunga dari 3 kali menjadi 4 kali di tahun ini. Salah satu dasar alasan perubahan ini adalah membaiknya kondisi pengupahan di AS. Kenaikan upah diyakini akan mendorong pertumbuhan inflasi.
Hari ini, pasar menunggu hasil pertemuan Bank of England, dimana salah satu agenda yang dinanti adalah masalah suku bunga pula. Sejauh ini Indek Dolar AS masih menguat 0,84% ke 90,34. Posisi ini sekaligus menekan Poundsterling. Saat ini GBPUSD diperdagangkan pada 1.3860, turun dari 1.3992 sebagai posisi tertinggi kemarin. Indek Dolar yang menguat akan semakin kuat mendorong likuidasi emas pula. Pada akhirnya, ketika suku bunga dipandang naik dengan cepat, emas akan kehilangan daya pikatnya sebagai aset safe haven.
Meski demikian, dalam pandangan jangka panjang. Dolar AS masih berpeluang melemah. Hal ini menjadi alasan bagi sejumlah investor yang memilih bertahan dengan menahan posisi beli. Harapannya, ketika harga emas mampu bertahan setidaknya diatas harga psikologis $1.300 per troy ons, peluang kenaikan harga emas terjaga. Meski suku bunga AS pada akhirnya akan naik, namun emas memiliki sejarah ketika suku bunga naik dan mereka juga naik harganya.
Potensi penurunan harga emas (XAUUSD) akan mencoba menguji level support $1305. Berbaliknya harga emas, setidaknya terindikasi dari kemampuan bertahan diatas $1.310, akan menjaga asa ke $1.318 kembali. (Lukman Hqeem)