Esandar, Jakarta – Demikian isyarat dari Bank of America Merrill Linch pada akhir pekan lalu. Seperti yang diduga, awal perdagangan minggu ini, bursa saham AS berayun ke zona merah yang berbahaya.
Dalam amaran kepada klien-kliennya, Bank of America Merrill Linc (BoAML ) menyarankan agar mulai melepas aset-asetnya. Pasalnya, dalam indikator mereka, telah terukur sinyal jual yang signifikan.
Pada sebuah grafik, jarum indikator menunjukkan dimana posisi investor harus membeli, menahan atau menjual sahamnya. Saat ini, posisi jarum melonjak menunjuk indikator angka 8,6 dalam sepekan terakhir dan memasuki wilayah “ekstrim bullish”, menurut catatan mingguan bank yang dirilis pada hari Jumat. Indikasi diatas angka 8, adalam aturan bank tersebut adalah isyarat jual.
Pihak BoAML menyarankan aksi jual setidaknya hingga jarum kembali menunjuk dibawah angka 8. Untuk itu, mereka berharap Indek S & P 500 bisa turun ke kisaran 2.686 pada akhir kuartal pertama, atau turun sekitar 5% dari penutupan hari Kamis di 2.821,98.
Sebab musabab lonjakan indikator ini adalah kenaikan upah. Menurut BoAML hal ini dapat memicu koreksi yang lebih dalam, namun juga menjadi saluran keluar dari data makroekonomi yang lemah. Alhasil akan membuat dolar AS yang lebih kuat dan imbal hasil obligasi yang lebih rendah di bulan Februari nanti.
Sebagian investor sudah memulai proses penjualan. Indek saham Dow Jones mengalami penurunan pada Jumat dan dihari Senin justru makin hebat dengan ajlok 1600 poin. Ini semacam konfirmasi adanya sebuah reboot penjualan yang terlihat sejak awal minggu ini. Indek Dow Jones dan S & P 500 masing-masing menghadapi penurunan mingguan terbesar sejak akhir 2016.
Sedangkan untuk indikator bull / bear, Bank of America mengatakan bahwa sinyal jual dipicu pada 30 Januari lalu, tepatnya, masuk ke wilayah yang ekstrim oleh arus masuk ekuitas dan risk appetite yang dilakukan sejumlah hedge fund. Ini merupakan sekian dari sejumlah faktor lainnya.
Para ahli strategi mengatakan bahwa sejumlah besar $ 25,7 miliar dituangkan ke dalam ekuitas global hingga minggu terakhir pada 31 Januari. Arus masuk ini sangat “luar biasa”, mencapai $ 102 miliar dalam bentuk saham, rekor sepanjang tahun hingga kini. Sejumlah investor mengalihkan modal dari Obligasi dan obligasi dengan yield tinggi. Seperti yang mereka sebut itu, “saat ini laju tercepat rotasi terbesar dalam catatan.”
Pihak bank mengatakan bahwa kliennya sendiri diposisikan sebagai “perotasi, bukan sebaliknya”, dengan keinginan yang kuat untuk mengejar inflasi atau pelemahan dolar yang lemah. Setidaknya $ 12,5 miliar yang mengarah ke saham Jepang, $ 3,6 miliar ke saham finansial, dan tercatat $ 4,4 miliar menyasar surat-surat berharga yang dilindungi oleh obligasi Treasury. (Lukman Hqeem)