ESANDAR, Jakarta – Data ekonomi Cina terkini menyajikan peringatan di 2018. Bagaimana tidak, sejumlah pemimpin Cina kini tidak lagi tergerak untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Demikian risalah Kongres Partai Komunis Cina pada Oktober lalu yang dipublikasikan pada Rabu (27/12/2017).
“Insentif untuk memastikan ekonomi tumbuh dengan cerdas sebagaimana pada saat Kongres Partai Komunis nampaknya tidak akan berlaku di tahun depan,” kata presiden CBB Internasional Leland Miller dan ekonom utama Derek Scissors pada hari Rabu (27/12/2017).
Kwartal empat sebagaimana dikabarkan mengisyaratkan sejumlah transisi ke perlambatan pertumbuhan, demikian jajak yang dilakukan oleh CBB Internasional. Sejumlah anekdot disematkan kedalam laporan ini, seperti sebuah laporan dari The Federal Reserve. Semisal jajak yang dilakukan atas 3.300 pelaku bisnis Cina. Dari jajak tersebut, terindikasi bahwa penerimaan pekerja telah banyak berhenti. Produksi manufaktur juga mengalami perhentian produksi. Sehingga akumulasi inventori mengalami peningkatan. Sebaliknya inflasi harga penjualan mengalami penurunan daripada kwartal keduanya. Akhirnya, kenaikan upah mengalami stagnasi.
Memang diantara itu semua belum semuanya membunyikan sirenenya. Tak seorangpun akan keluar dalam segala rupanya. Pun demikian, hasil awal setelah CPC bukan terbentuk di kwartal khusus. Jika diharapkan sebuah perlambatan ada di 2018, tentu saja paska Kongres ini akan kembali memberikan dukungan atas harapan-harapannya.
Pada kongres PKC ke-19, yang menandai mulainya pemerintahan Presiden Xi Jingping untuk 5 tahun kedepan, jajaran petinggi Partai Komunis Cina sedikit sekali mengisyaratkan adanya upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara mati-matian. Bulan ini, sebagaimana dalam rencana ekonomi utama akan mengadakan pertemuan untuk membahas prioritas pembangunan ekonomi 2018. Mereka menyatakan akan menitik beratkan upaya menangani resiko keuangan, polusi dan kemiskinan ditahun-tahun yang akan datang.
Nyatanya, bukti dari sektor ritel tidak mendukung klaim pemerintah akan ledakan konsumsi, demikian temuan CBB. Sejumlah perusahaan besar memang memiliki penjualan yang tinggi dengan keuntungan yang meningkat pula dikwartal ini. Pendapatan sektor ritel mengalami pertumbuhan yang terakhir dari sektor utama lainnya. Kinerja sektor ritel jelas tidak menarik, dimana pendapatan, belanja modal dan perekrutan lebih rendah daripada manufaktur, sementara pertumbuhan persediaan jauh lebih tinggi.
Secara keseluruhan, rekruitmen mengalami kenaikan dan secara umum masih segaris dengan angka kwartal sebelumnya. Sebanyak 48% perusahaan-perusahaan tetap melakukan penambahan karyawan dan hanya 3% yang memangkas pekerjanya. Pertumbuhan lapangan kerja cukup kuat khususnya diperusahaan-perusahaan plat merah dibandingkan dengan swasta, terlepas dari besarnya perusahaan tersebut, ungkap jajak dari CBB tersebut.
Kenaikan upah, harga dan biaya produksi juga kurang lebih sama dengan kwartal sebelumnya. Secara moderat mengalami pertumbuhan lebih cepat dari pada tahun lalu, demikian hasil kajian tersebut mengungkapkan. Sementara pertumbuhan mengalami peningkatan.
Negara dengan perekonomian terbesar kedua didunia ini telah membuktikan kesalahan prediksi awal akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Melampui sejumlah harapan dikwartal pertama dan kedua, kini mereka siap menutup catatap setahun penuh dengan kinerja pertumbuhan terbaik sejak 2010. Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Cina diperkirakan bisa mencapai 6,8% tahun ini dan 6,5% ditahun 2018, menurut Bloomberg. (Lukman Hqeem)