ESANDAR, Jakarta – Ketidakpastian perekonomian Inggris, ditengah perundingan Brexit yang berlarut-larut, menjadikan para peritel Inggris bisa beruntung di akhir tahun ini.
Lampu Natal sebentar lagi akan segera mulai dihidupkan di toko-toko terkenal di London dalam menyambut masa liburan akhir tahun, dan biasanya mereka akan menyambut masa-masa tersebut dengan semangat yang tinggi dari tahun-tahun biasanya.
Namun kali ini, mereka menatapnya dengan tatapan kosong dengan rasa pesimis akibat ketidakpastiannya yang sedang terjadi sejak tahun lalu di tengah perundingan Brexit yang hari ini rencananya akan mulai dirundingkan kembali.
Para peritel merasa ketakutan tahun ini, jika biasanya akhir tahun merupakan saat-saat yang penting untuk meraup keuntungan dengan volume penjualan yang tinggi, kini mereka pesimis dan volume penjualan cenderung kurang begitu menggembirakan. Kondisi ekonomi Inggris saat ini sungguh sulit dan uni.
Meksipun kondisi lapangan kerja penuh atau full-employment dimana secara teknis berarti konsumen berada dalam posisi penghasilan yang berkecukupan, namun hal itu dieliminasi dengan inflasi yang relatif tinggi, pertumbuhan upah yang stagnasi serta ketidakpastian Brexit, membuat warga Inggris enggan untuk berbelanja, terutama bila belanja menyangkut barang-barang mahal seperti mobil.
Data terkini menunjukkan penjualan ritel Inggris turun di bulan Oktober. Nampaknya konsumen memilih melihat-lihat ketimbang berbelanja, dimana penjualan toko non-makanan turun 2,9% dalam 3 bulan hingga Oktober dan turun 2,1% dibandingkan tahun lalu untuk periode yang sama. Penjualan online pun juga turun. Ini semua juga dipengaruhi kondisi cuaca yang menghangat sehingga penjualan pakaian juga mengalami penurunan.
Disisi lain, persoalan tingginya inflasi menyebabkan daya beli masyarakat Inggris menurun dan mereka lebih berhati-hati atau selektif dalam berbelanja. Seperti contoh, Mark & Spencer, dimana Rabu lalu melaporkan laba sebelum pajaknya menjadi £219,1 juta untuk paruh pertama tahun ini, namun lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai £231,3 juta dimana sisi penjualan pakaian mengalami penurunan.
Oleh sebab itu, periode belanja Natal tahun ini adalah “kunci” sektor ritel, jika mereka memiliki Natal yang buruk, maka peritel akan merugi dalam laporan keuangan mereka di kuartal pertama 2018. (Lukman Hqeem)