Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR – Harga emas menembus level penting $3.200/oz untuk pertama kalinya pada hari Jumat, didorong oleh melemahnya dolar dan meningkatnya perang dagang yang membuat investor beralih ke aset safe haven.

Pada perdagangan emas di pasar spot, harga naik 0,6% menjadi $3.192,79 per ounce, pada pukul 12:55 WIB. Emas batangan sendiri harganya juga mencapai puncak tertinggi sepanjang masa di $3.219,84 di awal sesi, dan telah naik sekitar 5% minggu ini. Ini menjadi minggu terbaik sejak November 2024 dalam perdagangan emas, yang naik hampir 2% menjadi $3.237,50.

Pelemahan dolar AS yang berlangsung cepat, tampaknya menjadi pendorong utama kenaikan harga emas saat ini. Hal itu sekaligus mencerminkan eksodus besar-besaran yang sedang berlangsung dari aset berbasis Dolar AS, dimana terjadi juga aksi jual pada pasar saham dan obligasi di tengah ketidakpastian kebijakan tarif.

Dolar AS turun hampir 1% terhadap mata uang utama lainnya, membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih murah bagi pembeli luar negeri.

Indeks saham utama juga turun setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor Cina menjadi 145%, tetapi menghentikan sementara tarif yang diumumkan sebelumnya selama 90 hari untuk puluhan negara. Cina sendiri telah menyamai kenaikan tarif Trump, yang memicu kekhawatiran bahwa Beijing dapat mendorong bea masuk terhadap AS melampaui 84% saat ini.

Target kenaikan selanjutnya, harga emas terlihat kini mengincar $3.500 sebagai angka bulat yang layak diperhatikan. Untuk mencapai kesana, mungkin akan ada beberapa koreksi harga, namun hanya masalah waktu saja sebelum harga benar-benar menjangkaunya.

Selain tarif, permintaan bank sentral, ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve, ketidakstabilan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa, dan peningkatan aliran dana ke dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas juga memicu reli logam tahun ini.

Indikator ekonomi makro AS terkini menunjukkan bahwa indek harga konsumen AS turun secara tak terduga pada bulan Maret tetapi risiko inflasi cenderung naik. Berlatar belakang hal tersebut diyakini bahwa Fed akan melanjutkan pemotongan suku bunga pada bulan Juni dan mungkin mengurangi satu poin persentase penuh pada akhir tahun 2025.