Bursa saham Asia tergelincir pada hari Selasa (15/12/2020) karena lonjakan kasus COVID-19 dan pembatasan secara global. Sementara data ekonomi dari China memberikan optimisme bahwa perekonomian ekonomi terbesar kedua di dunia ini mulai perlahan membaik.
Kenaikan korban virus Corona di Jepang dan Korea Selatan membebani perdagangan bursa saham Asia. Sejumlah pembatasan yang lebih ketat di New York dan London juga merusak sentimen risiko. Disisi lain, pasar tidak banyak bereaksi terhadap laporan produksi industri China, yang tumbuh sesuai dengan ekspektasi di bulan November. Padahal hasil ini menujukkan pertumbuhan selama delapan bulan berturut-turut sebagai isyarat pemulihan ekonomi yang semakin cepat.
Para pelaku pasar terus mengangkangi pagar di antara vaksin harapan dan realitas ekonomi. Hasil FOMC akhir tahun yang akan dirilis sedikit lebih awal, secara efektif akan menjadi minggu terakhir likuiditas tahun ini, dimana puncaknya dengan masa kedaluwarsa Brexit dan data neraca pada hari Jumat nanti.
Bursa saham Korea Selatan turun 0,2% dan won menurun, karena negara tersebut melaporkan lompatan lain dalam COVID-19 baru kasus pada hari Senin. Perdana menteri Korea Selatan memohon kepada penduduk Selasa untuk mematuhi aturan jarak sosial untuk menghindari yang lebih besar pembatasan.