ESANDAR – Harga Emas Melonjak Lebih 2% pada hari Selasa (01/12/2020), rebound dari level terendah lima bulan di sesi terakhir, karena dolar merosot, dengan taruhan stimulus AS menambah daya tarik bullion sebagai lindung nilai inflasi.
Pada perdagangan di pasar Spot, emas naik 2,1% menjadi $ 1,814,99 per ounce sementara Emas berjangka AS ditutup naik 2,1% dengan harga $ 1,818.90. Pada perdagangan sebelumnya, harga emas jatuh ke $ 1,764.29 pada hari Senin, terendah sejak 2 Juli, didorong oleh terburu-buru ke aset berisiko.
Harga nampak merebut kembali level $ 1.800 dan banyak lagi berkaitan dengan perdagangan dolar yang melemah. Aksi jual emas telah berjalan dengan sendirinya dan terjadi seiring kemungkinan akan terjadinya lebih banyak upaya dari Kongres AS untuk mendukung ekonomi.
Perkembangan ini membuat emas lebih menarik bagi investor dibandingkan memegang asset lainnya, lebih-lebih setelah dolar AS jatuh karena ekspektasi yang menggema akan lebih banyak stimulus akan digelontorkan oleh pemerintah AS.
Dalam sambutan yang dirilis pada hari Senin, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menyoroti tantangan produksi dan massa distribusi sebelum dampak ekonomi vaksin menjadi bersih. The Fed nampak cukup akomodatif.
Emas, yang dianggap sebagai asset lindung nilai terhadap inflasi dan mata uang yang mengalami penurunan nilainya, harganya telah meningkat lebih dari 19% tahun ini, dibantu oleh stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk membantu ekonomi yang dilanda virus corona. Saat ini, pasar tengah mencoba untuk menembus kembali level resisten di $2000, setidaknya tercapai di tahun depan.
Bisa dikatakan bahwa Emas sebenarnya sekarang dalam rezim baru dimana kemungkinan vaksin akan menjadi katalisator untuk ekspektasi kenaikan inflasi ketika perekonomian mulai pulih. Dalam jangka panjang, hal ini akan mendukung kenaikan harga emas, terutama di tengah penurunan suku bunga riil.