ESANDAR – Dolar AS jatuh dari level tertinggi satu minggu pada perdagangan di hari Rabu (12/08/2020), karena perselisihan politik atas paket stimulus ekonomi AS menghentikan reboundnya baru-baru ini. Namun Dolar AS tetap menguat terhadap yen, naik ke puncak tiga minggu, dan pergerakan bullish untuk sesi keempat berturut-turut. Pasangan USDJPY biasanya bergerak seiring dengan imbal hasil Obligasi AS, dengan imbal hasil 10-tahun naik ke level tertinggi dalam satu bulan ini.
Sementara itu, Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang lebih kuat dari perkiraan secara singkat mengangkat dolar AS terhadap sejumlah mata uang. Data menunjukkan CPI AS naik 0,6% bulan lalu setelah rebound 0,6% pada Juni. Tidak termasuk komponen makanan dan energi yang mudah menguap, CPI melonjak 0,6% bulan lalu. Perolehan itu merupakan kenaikan terbesar sejak Januari 1991 dan mengikuti kenaikan 0,2% di bulan Juni.
Tetapi fokus pasar adalah pada paket stimulus AS. Para investor mengamati tanda-tanda kebuntuan politik di Washington atas paket penyelamatan lebih lanjut agar ekonomi yang dilanda pandemi COVID-19 dapat diatasi.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan pada hari Rabu bahwa Gedung Putih dan para pejabat tinggi Demokrat di Kongres mungkin tidak dapat mencapai kesepakatan tentang bantuan pandemi akibat infeksi virus corona, pada hari kelima tanpa pembicaraan tentang kebuntuan yang memblokir bantuan kepada puluhan juta rakyat Amerika.
Dalam jangka panjang, tidak ada paket stimulus adalah hal yang baik bagi dolar sebab pencetakan dolar AS sebanyak $3,5 triliun lagi bakal berdampak buruk bagi mata uang AS. Namun fakta adanya kebuntuan dalam negosiasi berdampak negatif bagi dolar AS dalam jangka pendek. Jika tidak ada pergerakan dalam negosiasi bantuan dengan segera, kekhawatiran Federal Reserve kemungkinan besar akan berdampak pada dolar AS cepat atau lambat.
Terhadap yen, dolar AS berakhir naik 0,6% menjadi 106,90 yen. Imbal hasil utang pemerintah AS yang meningkat telah menekan yen dengan menarik investasi dari Jepang yang hanya menghasilkan nol persen.
Sementara itu pound sterling secara luas mendatar, meskipun data menunjukkan ekonomi Inggris telah memasuki resesi yang dalam, karena tanda-tanda pemulihan pada bulan Juni memberikan sebagian dukungan untuk mata uang tersebut.