Harga Emas siap memantul kembali

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Ditengah kenaikan bursa saham AS, Emas menunjukkan kekuatan sebagai aset investasi yang tetap menarik. Harga Emas bertahan di harga premium hingga kini, bahkan ditengah godaan manisnya Bitcoin sekalipun.

Kisah besar bagi para investor pada 2017 adalah kenaikan bursa saham. Cukup dengan memiliki saham dari bentuk atau ukuran apapun, investasi anda mungkin tampil dengan sangat baik. Setidaknya, bursa saham AS naik 20% seperti bursa S & P 500 sementara bursa lainnya bahkan lebih baik lagi, indek  Cina Xinhua 25 bahkan naik sekitar 37%. Belum lagi jika anda berinvestasi di mata uang kripto. Bitcoin (BTCUSD), melonjak 15 kali lipat lipat.

Investasi-investasi tersebut ditempatkan pada asset-aset beresiko, sehingga langkah Risky Appetite menjauhkan mereka dari Emas sebagai tujuan investasinya. Meski demikian, Logam Mulia tidak bisa begitu saja diabaikan. Sebagai asset safe haven, untuk lindung nilai investasi, harga logam mulia ini masih menarik.

Bagaimanakah ditahun 2018 ini, apakah harga Logam Mulia masih berpeluang naik atau justru melempem ditengah terjangan isu penguatan Dolar AS. Inilah 7 (tujuh) alasan emas masih menjadi pilihan investasi 2018.

  1. Pondasi Harga Baru

Dari segi teknis, harga logam kuning saat ini telah menyentuh $ 1.350 per ons dan telah cukup stabil antara $ 1.200 dan $ 1.250 sejak uji terakhir dari harga tertinggi pada bulan September. Pola yang jelas dari posisi terendah yang lebih tinggi adalah tanda yang sangat menggembirakan bahwa kami telah menemukan lantai baru untuk harga tertinggi selanjutnya. Dan dengan kenaikan baru-baru ini melalui angka penting sebesar $ 1.300, ada kemungkinan harga emas bisa menjulan lebih cepat menuju $1400-$1600 secepatnya.

 

  1. Momentum Jangka Pendek

Dalam jangka pendek, ada momentum yang menggembirakan. Harga Logam Mulia ini berpeluang naik sekitar 6% dalam enam bulan terakhir, yang berkinerja lebih baik dari kenaikan 11% untuk S & P 500 namun masih penting. Sejak awal Desember, harga emas telah melonjak lebih dari 5% hanya dalam beberapa minggu.

 

  1. Rotasi Aset

Sejumlah investor pasar saham masih optimis setelah kenaikan yang hebat di tahun 2017, namun tak dapat dipungkiri bahwa banyak pedagang siap kenaikan selanjutnya. Terlebih setelah reformasi pajak dibanderol dan peluang besar untuk saham bisa menguat lagi. Disaat yang saja, pelaku pasar juga mencermati perkembangan harga emas yang tak goyah. Wajar jika ada aliran uang cepat untuk mencari padang rumput hijau saat kita berlari dengan baik. Pergantian dan awal tahun merupakan alasan bagus untuk keluar dari saham dan mencoba ke asset lain yang lebih aman.

 

  1. Permintaan Global Naik

Selain grafik dan perputaran asset investasi, ada permintaan terstruktur pada aset yang dikenal sebagai pengaman investasi ini. Permintaan ini yang bisa memberi tumpangan harga logam mulia tetap naik dan menjanjikan. Sebagai permulaan, lihatlah di India, di mana impor emas melonjak 67% di tahun 2017. Negara ini adalah pasar logam mulia konsumen nomor 2 di dunia di belakang Cina. India merupakan pasar ritel besar, dimana kebutuhan perhiasan pada festival Moonson sangat tinggi. Sedangkan untuk Cina, permintaan logam mulia batangan sampai November naik 40% dari tahun sebelumnya, menurut portal emas Kitco. Itu berbicara tentang momentum yang kuat. Selain kebutuhan industri, emas juga dibutuhkan dalam perayaan Tahun Baru Imlek.

 

  1. Produksi Lemah

Di tahun 2017, pertambangan emas mulai berkurang. Sebuah laporan dari ANZ yang mencatat bahwa produksi emas “berada pada titik terendah sejak krisis keuangan, dengan risiko semakin besar.” Ada sejumlah faktor dimana jumlah perusahaan menurun akibat kekurangan uang seperti Freeport McMoRan menutup situs berkinerja buruk terhadap kebijakan peraturan baru untuk para penambang di Indonesia dan Afrika Selatan. Dengan penurunan ini, seharusnya menguntungkan investor emas pada 2018.

 

  1. Dolar Melemah

Secara tradisional, terdapat hubungan terbalik antara harga komoditas dan Dolar A.S., karena bahan baku ini dihargai dalam dolar. Jika Dolar menguat, harga komoditas akan menurun. Tren akhir-akhir ini dolar melemah, bahkan kini menyentuh level terendah tiga bulan. Sepanjang 2017, Dolar AS turun hampir 10%. Melihat tren penurunan ini, tentu akan menjadi peluang harga emas pada tahun ini.

 

  1. Mata Uang Kripto Bukan Pesaing

Sejatinya, mata uang kripto bukan pesain. Jangan sampai Anda berpikir bahwa kegilaan kriptomaniak bisa mengurangi permintaan Logam Mulia. Penting untuk diingat bahwa sambutan pasar sepanjang 2017 tetap bagus, meskipun kita tahu mata uang Bitcoin sedang menggelembung tak terkira. Hal ini menunjukkan ketahanan Logam Mulia meski asset investasi lain mencoba mengalihkan perhatian investor dengan kibasan sayapnya. Bahkan setelah Cboe secara resmi meluncurkan perdagangan berjangka Bitcoin pada akhir 2017 emas tak gentar. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Goldman Sachs bahwa tidak ada arus keluar dari investasi emas yang jelas, baik secara ritel atau institusional untuk bermain di pasar kripto. Emas adalah surga karena suatu alasan, dan tidak ada kegilaan aset yang modis yang dapat mengubahnya. (Lukman Hqeem)