ESANDAR, Jakarta – Arab Saudi menyatakan akan mengurangi pasokan ekspornya. Alhasil harga minyak mentah mengalami kenaikan tertinggi dalam tiga minggu terakhir ini. Sayangnya diawal minggu ini sedikit mengalami koreksi.
Pengurangan ekspor ini akan dilakukan pada bulan Agustus nanti. Hal ini melegakan para produsen minyak dan mengurangi kekhawatiran kelebihan pasokan di pasar.
Dalam sebuah pernyataan terkini, Presiden AS Donald Trump siap untuk menambah tariff impor produk Cina sebesar $505 milyar, meningkatkan suhu perang dagang antar dua negara ini. Sentimen kehati-hatian dalam menyikapi perang dagang ini menang di pasar minyak. Potensi perang dagang akan mempengaruhi permintaan komoditas global.
Harga minyak mentah jenis minyak West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman bulan Agustus naik $ 1, atau 1,4%, di harga $ 70,46 per barel di New York Mercantile Exchange. Tertinggi dalam seminggu, tetapi masih turun 0,8% dari selesai Jumat lalu untuk kerugian mingguan ketiga berturut-turut. Sementara minyak mentah jenis Brent diharga $ 73,07 per barel, naik 49 sen, atau 0,7%, di ICE Futures Europe London. Ini menandai kerugian mingguan sekitar 3% dan penurunan ketiga mingguan.
Meskipun melemah, dengan volatilitas baru-baru ini di pasar energi dan tren jangka panjang, harga minyak mentah masih berpotensi naik. Proyeksi harga minyak WTI lebih menguntungkan daripada Brent.
Harga Minyak melihat sedikit perubahan setelah perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan jumlah rig minyak AS, yang bisa mengisyaratkan untuk aktivitas minyak, turun 5 minggu ini menjadi 858. Jumlah rig naik 94 dari tahun lalu, ketika ada 764 rig.
Minyak mentah WTI Kamis, setelah seorang pejabat Arab Saudi mengatakan ekspor minyak mentah kerajaan akan jatuh bulan depan dalam upaya untuk menghindari pasar yang terlalu tinggi. Brent, bagaimanapun juga tak mau kalah didorong oleh aksi pemogokan pekerja minyak di Norwegia.
Potensi kenaikan harga minyak masih terjaga. Sejauh retracements harga minyak menjauh. Penjualan baru-baru ini di pasar minyak adalah “sehat”. Aksi ambil untung ini bisa dimaklumi karena pasar telah berada di jalur kenaikan selama 12 bulan terakhir. Dalam jangka pendek, aksi jual bisa luas, tetapi sejumlah kelemahan yang ada baru-baru ini dapat dikaitkan dengan likuidasi posisi beli yang cukup teratur atau kristalisasi keuntungan dibandingkan dengan kebanyakan aksi jual segar yang membanting pasar. WTI naik sekitar 45% selama 12 bulan terakhir, sementara Brent naik sekitar 48%.
Sementara secara fundamental, harga minyak mentah tetap konstruktif, meskipun para pedagang bosan dengan risiko politik atau eskalasi perang dagang. Mengantisipasi kenaikan lebih lanjut, perlu menambah posisi beli dari tahun ke tahun.
Hal yang perlu dicermati adalah mengawasi cadangan fisik, terutama di Cekungan Atlantik dimana minyak Brent bisa bermain mata. Harga berjangka diperdagangkan di atas harga dipasar spot, sebagaimana yang diharapkan. (Lukman Hqeem)