Gubernur Bank Sentral Jepang, Haruhiko Kuroda

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Pada Selasa (09/01/2018) pasar dikejutkan dengan kabar pengurangan pembelian obligasi oleh Bank of Japan. Seperti merespon pasar, Bank Sentral Jepang nampaknya mulai menormalisasi kebijakan moneternya.

Sebelumnya para ekonom dunia memperingatkan agar tidak terlalu banyak membaca pembelian obligasi BoJ, namun dengan ekspansi yang terjadi di ekonomi Jepang terpanjang sejak 1990an, perkiraan makin meningkat bahwa BoJ akan bergabung bersama bank-bank sentral dunia lainnya untuk mulai meninggalkan kebijakan ultra ringannya.

Kinerja ekonomi Jepang akan melampui perkiraan pertumbuhan tahun ini sehingga mendorong bank sentral Jepang untuk memperketat kebijakan moneter pada pertengahan tahun ini. Dari 41 ekonom dunia yang memperkirakan terhadap langkah selanjutnya BoJ untuk di perketat, 19 ekonom memperkirakan akan terjadi tahun ini kenaikan suku bunga tersebut, termasuk 5 ekonom yang melihat April tahun ini bisa naik, demikian bunyi survei Bloomberg bulan lalu.

Sementara itu, Presiden Decision Economics Inc, Allen Sinai menyatakan bahwa diperkirakan ekonomi Jepang akan tumbuh 2% pada 2018 dan bahkan akan lebih cepat memasuki 2019 dengan perkiraan tumbuh 2,5%. Siklus bisnis di Jepang sudah berbalik pulih, demikian ungkap Sinai sesaat setelah bertemu para petinggi Bank of Japan di Tokyo semalam.

Menurut Sinai bahwa dirinya melihat fundamental ekonomi Jepang cukup bagus pertumbuhannya sehingga laju PDB dan laju inflasi bisa meningkat. Meski inflasi jauh di bawah target BoJ 2%, namun akhir-akhir ini terus meningkat dan terakhir November lalu telah menjadi 0,9%. Sinai memperkirakan bahwa target inflasi 2% ini bisa dicapai sebelum tahun fiskal 2019 dimulai atau sebelum April 2019.

Sinai dan perusahaannya meramalkan bahwa bank sentral Jepang ini akan mengakhiri kebijakan yang akomodatif tersebut sekitar 3 hingga 6 bulan ke depan, setelah itu suku bunga sudah bisa mulai dinaikkan.

Pernyataan Sinai tersebut seakan menganulir pernyataan Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda bulan lalu di mana Kuroda saat itu menyatakan bahwa BoJ tidak akan menaikkan suku bunganya hanya karena ekonomi berjalan dengan baik namun inflasi belum memenuhi target. (Lukman Hqeem)