ESANDAR, Jakarta – Harga Emas jatuh pada perdagangan hari Rabu (29/08). Logam Mulia tertekan setelah adanya revisi sedikit pada angka data produk domestik bruto AS di kuartal kedua. Hal ini membuat indeks dolar stabil di dekat level terendah selama satu bulan. Alhasil, mengirim harga emas turun kedua kalinya berturut-turut.
Pada perdagangan bursa komoditi emas berjangka, untuk kontrak Emas pengiriman bulan Desember turun $ 2,90, atau 0,2%, untuk menetap di $ 1,211.50 per ons, diperdagangkan sekitar 0,1% lebih rendah untuk minggu ini. Indeks Dolar AS turun 0,1% pada 94,614 setelah menyentuh tinggi 94,932. Ini masih turun sekitar 0,6% minggu hingga saat ini, tetapi telah naik 0,1% sejauh ini di bulan Agustus.
Pergerakan Greenback yang datar-datar saja terjadi karena investor mencerna revisi kenaikan angka PDB di kuartal kedua, menjadi 4,2%. Indikator lain yang menjadi perhatian pasar adalah data penjualan rumah yang tertunda dibulan Juli, menunjukkan penurunan 0,7%. Sektor ini baru-baru ini mencatat sejumlah data yang lemah, termasuk penjualan rumah yang sudah ada turun ke level terendah selama dua setengah tahun.
Upaya naiknya harga emas mengalami hambatan dari datangnya sejumlah indikator ekonomi AS. Data PDB di kwartal kedua yang naik sebesar 4,2% membuka harapan akan kondisi ekonomi AS yang membaik. Semakin memperluas potensi kenaikan suku bunga.
Sementara fundamental negatif lainnya adalah potensi perundingan AS – Kanada paska keberhasilan perundingan AS – Meksiko dalam meredam resiko Perang Dagang telah mendinginkan keinginan safe haven. Investor kembali melakukan risk appetite, dengan memilah investasi ke pasar saham.
Meski demikian, dalam jangka panjang bisa pula muncul potensi kenaikan harga emas. Keberhasilan perundingan AS- Kanada, bisa membuat Dolar AS melemah. Hal ini tentu menjadi berkah bagi emas untuk naik. Penguatan Dolar AS sepanjang 2018, menjadi penghalang kenaikan harga emas sejauh ini.
Emas sering diperdagangkan lebih tinggi ketika dolar melemah, dan sebaliknya, karena logam mulia paling aktif diperdagangkan di greenback. Dolar telah menjadi pendorong utama untuk aksi emas pada 2018, dengan logam mulia turun sekitar 8% tahun ini hingga Agustus. Dengan dolar yang sekarang bergolak atas sesi terakhir, emas sebagian besar telah stabil di atas $ 1.200 sejak merumput ke level rendah dalam 1 ½ tahun pada pertengahan Agustus kemarin.
Laju kenaikan atau “Bull run” bagi emas berumur sangat pendek. Salah satu alasannya adalah kelemahan dalam harga emas sebagai akibat kondisi ekonomi AS yang menonjol kuat. Kepercayaan konsumen AS sangat tinggi, terbukti dalam indikator terkini yang dirilis kemarin.
Faktor yang paling penting dalam perdagangan ini adalah siklus kenaikan suku bunga Federal Reserve. Kenaikan suku bunga mendorong dolar lebih tinggi dan menjadikan greenback sebagai investasi yang menarik bagi investor.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya lebih tinggi pada bulan depan. Serta menaikkan sekali lagi pada bulan Desember. Langkah ini akan diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter secara moderat pada tahun 2019. Meskipun dalam rapat yang dilakukan baru-baru ini, terindikasi adanya kekhawatiran yang meluap untuk perlambatan ekonomi yang berdampak perdagangan.
Dari sudut pandang teknis, potensi kenaikan harga emas masih terbuka dengan kondisi harga emas yang masih diatas level support $ 1.200. Level krusial selenjutnya adalah di harga $ 1.180. Jika harga emas justru bergerak menguat, menembus di atas $ 1,210 makan akan mengkonfirmasi potensi kenaikan harga lebih lanjut dengan target potensial di $ 1,230. (Lukman Hqeem)