Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Pertumbuhan lapangan kerja di Amerika Serikat (AS) melambung tinggi di bulan Juni 2019 karena perekrutan pegawai pemerintah meningkat. Meski demikian, kenaikan upah secara moderat telah meningkatkan bukti bahwa ekonomi AS kehilangan momentum. Hal ini diyakini pasar bahwa Bank Sentral AS masih bisa memotong suku bunganya (FFR) dalam pertemuan akhir bulan ini.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa lapangan kerja di sektor non pertanian (nonfarm payrolls )meningkat 224.000 pekerjaan di bulan Juni 2019. Peningkatan ini berkat karena tambahan perekrutan pegawai pemerintah yang naik paling tinggi dalam 10 bulan terakhir. Hasil itu jauh lebih tinggi dibandingkan bulan Mei yang hanya naik 72.000 pekerjaan. Sekaligus melampaui prediksi ekonom hasil survei Reuters yang memperkirakan ada tambahan hanya 160.000 pekerjaan saja.

Pada semester pertama 2019, pertumbuhan pekerjaan rata-rata mencapai 172.000 per bulan. Jumlah ini lebih rendah dari rata-rata sebanyak 223.000 pekerjaan per bulan pada 2018. Namun, masih jauh di atas sekitar 100.000 yang dibutuhkan untuk mengimbangi pertumbuhan populasi usia kerja di AS. Hanya saja, tren pertumbuhan upah telah melambat dari akhir tahun lalu ketika upah naik pada tingkat tercepat dalam satu dekade. Pelambatan pertumbuah upah menunjukkan inflasi yang moderat.

Laporan terbaru menyebut penghasilan per jam rata-rata naik enam sen dollar atau 0,2% pada Juni 2019, setelah naik 0,3% pada Mei 2019. Secara tahunan, kenaikan upah mencapai 3,1% di bulan Juni 2019.

Dengan data tersebut, masih diyakini bahwa suku bunga acuan utama, Fed Fund Rate masih akan dikupas setidaknya 50 basis poin. The Fed sendiri dijadwalkan akan menggelar pertemuan bulan ini pada 30-31 Juli mendatang. Bank sentral AS pada bulan lalu mengisyaratkan dapat melonggarkan kebijakan moneter pada awal bulan ini. Pertimbangannya inflasi yang rendah serta meningkatnya risiko terhadap ekonomi dari meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang pekan lalu sudah menyetujui gencatan senjata perdagangan, kini keduanya sepakat kembali ke meja perundingan untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan. (Lukman Hqeem)