Harga emas naik menggila. (Lukman Hqeem/Istimewa)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga Emas dibursa berjangka berakhir naik pada perdagangan hari Rabu (12/12). Ini merupakan kenaikan pertama mereka dalam tiga sesi terakhir. Emas untuk pengiriman bulan Februari di Comex naik $ 2,80, atau 0,2%, ke harga di $ 1.250 per troy ons.

Sentimen positif juga berasal dari data ekonomi AS yang menunjukkan inflasi AS tetap datar pada bulan November. Indeks harga konsumen tidak berubah pada bulan November, sesuai dengan perkiraan ekonom yang disurvei oleh MarketWatch. CPI inti, yang mengeluarkan biaya makanan dan energi yang tidak stabil, naik 0,2%, juga sesuai dengan harapan. Merespon ini, dolar AS juga melemah setelah menguat selama dua sesi terakhir.

Emas telah mengambil isyarat dari dolar dan ekspektasi Federal Reserve bisa kurang agresif dalam menaikkan suku bunga tahun depan dari yang diperkirakan sebelumnya. Indeks Dolar AS Dollar AS, DXY, + 0,00% pengukur mata uang AS terhadap rival utama, turun 0,4%, tertekan oleh penguatan pound Inggris karena Perdana Menteri Inggris Theresa May menghadapi mosi tidak percaya pada hari Rabu. Dolar yang lebih lemah dapat memberikan tumpangan ke harga komoditas di unit karena membuat mereka lebih murah untuk pengguna mata uang lainnya.

Kondisi emas masih dalam lingkungan yang positif. Peluang kenaikan lebih lanjut masih terbuka, meskipun bayang-bayang tekanan Dolar AS terus menguntit. Rencana pertemuan terakhir Bank Sentral AS ditahun ini pada 18-19 besok, akan menjadi ujian bagi harga emas.


Dengan kemungkinan naiknya suku bunga, Dolar AS berpotensi naik dan membuat harga emas rawan dalam tekanan. Dolar yang lebih kuat membuat emas di bawah tekanan pada sesi Selasa. Sebagaimana dua sesi perdagangan sebelumnya. Hal ini membuat harga logam mulia tergantung dalam kisaran $1235 – 40.


Disisi lain, volatilitas di bursa saham dan pasar keuangan juga mempengaruhi pergerakan emas, yang sering dilihat sebagai aset haven selama periode gejolak. Seperti ketikan indek saham AS menguat di Wall Street dan harga emas turun dalam perdagangan hari Rabu. Pun demikian, dengan adanya kekhawatiran atas prospek ekonomi AS dalam jangka panjang, memberikan dukungan bagi kenaikan harga emas.


Harga emas berjuang untuk bisa menemukan arah yang jelas sebagai tahun baru baru sadar, meskipun mereka melihat bias terbalik.


Setidaknya hingga semester pertama tahun 2019, harga emas cenderung netral. Potensi kenaikan akan terjaga di semester kedua tahun depan hingga 2020. Kenaikan lebih lanjut dari harga emas akan mengarah ke $ 1.400 per troy ons. Seiring perkembangan kurva terbalik dari imbal hasil Obligasi AS membuka kemungkinan harga emas naik. Ini menarik minat investor baru dalam emas.

Sementara itu, kurva imbal hasil Obligasi AS berbalik, di mana imbal jangka pendek naik lebih tinggi dari imbal hasil jangka panjang. Kondisi ini sering dipandang sebagai potensi pertanda munculnya resesi. Kondisi ini semakin membuka peluang harga emas dimasa depan untuk menguat kembali. (Lukman Hqeem)