Harga emas naik moderat, setelah penguatan Dolar tertahan. (Lukman Hqeem/Istimewa)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas berjangka berakhir lebih tinggi pada perdagangan di hari Selasa, (19/03) berakhir di atas $ 1.300 per troy ons untuk ketiga kalinya secara berturut-turut. Para pialang berharap The Federal Reserve bisa mempertahankan kebijakan lunakya. Harga berakhir naik $ 5, atau 0,4%, di $ 1,306.50 per troy ons, tertinggi sejak 13 Maret.

Pernyataan dari Komisi Pasar Terbuka Federal yang akan keluar hari ini akan diawasi ketat oleh pelaku pasar. Mereka ingin melihat bagaimana The Fed bersikap dengan data terkini dimana inflasi yang lebih lambat dan jumlah lapangan pekerjaan baru-baru. Sejumlah indikator tersebut mengindikasikan potensi perlambatan ekonomi AS lebih lanjut.

Pasar berusaha mengantisipasi pernyataan yang lebih lunak dari The Fed guna memperkuat kebijakan moneter mereka setidaknya hingga semester kedua tahun ini. Dengan latar belakang tersebut, harga emas memiliki peluang untuk menguat kembali. Terlihat dalam satu minggu terakhir ini, harga emas berusaha naik lebih tinggi.

Setelah pernyataan FOMC, diyakini akan terjadi aksi jual secara moderat di bursa saham dan mendorong kenaikan harga emas. Harga logam mulia akan pulih seiring perjalanan diakhir pekan ini.

FOMC memang tidak ingin menghentikan ekspansi ekonomi AS. Mereka justru berusaha menyeimbangkan semua faktor. Dimana hal ini mengarah kepada dolar AS yang lebih lemah. Alhasil harga emas akan merespon dengan kenaikan dari waktu ke waktu. Indek Dolar AS kini melemah 0,2%.

The Fed, yang memulai pertemuan dua hari pada hari Selasa, secara luas diharapkan untuk mempertahankan nada lunaknya yang telah berjalan sejak Januari, ketika tiba-tiba mereka melakukan jeda dalam rencana kenaikan suku bunga dan mengambil pendekatan tunggu dan lihat untuk pergerakan suku bunga di masa depan.

Pedagang juga memantau perkembangan geopolitik, termasuk upaya Inggris dalam mencapai kesepakatan meninggalkan Uni Eropa. Rencana Perdana Menteri Theresa May untuk membawa perjanjian yang dua kali ditolaknya oleh Parlemen Inggris. (Lukman Hqeem)