Harga Emas

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas menyerah dengan berakhir turun dalam perdagangan di hari Selasa (11/12), setelah naik sehari sebelumnya. Jatuhnya harga terbebani oleh kenaikan yang kedua kalinya pada dolar AS.

Ekspektasi untuk perlambatan laju kenaikan tingkat suku bunga di masa depan oleh Federal Reserve AS, sempat membantu mengurangi kerugian untuk logam mulia. Namun harga masih tak tertolong untuk berakhir di zona hijau. 

Harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Februari di Comex turun $ 2,20, atau 0,2%, menetap di $ 1,247.20 per troy ons. Harga turun dari level tertinggi sebelumnya di atas $ 1,255. 

Penguatan Dolar AS didorong kekhawatiran secara luas oleh kekhawatiran politik di Eropa yang dianggap bisa merusak nilai tukar poundsterling Inggris dan euro. Namun, dolar bisa merosot minggu depan jika Fed ternyata memberikan pernyataan yang lebih dovish dari yang diperkirakan. Minggu depan akan ada pertemuan bank sentral AS secara reguler pada 18-19 Desember. Jika nada dovish muncul, harga emas bisa mengarah ke reli yang tajam.

Indek Dolar AS , naik tipis 0,2% membuat harga emas berjangka berakhir turun Selasa. Indeks juga naik Senin. Harga emas dalam dolar sering diperdagangkan terbalik dengan dolar, karena pergerakan di unit AS dapat mempengaruhi daya tarik komoditas tersebut bagi pemegang mata uang lainnya.

Gejolak Brexit sedikit membantu emas sebagai tempat berlindung karena keputusan Theresa May untuk menunda pemungutan suara justru menimbulkan ketidak pastian pasar yang berujung pada kebutuhan aset safe haven

Poundsterling dalam perdagangan GBPUSD turun mencapai posisi terendah dalam 20-bulan terhadap dolar setelah Perdana Menteri AS Theresa May melakukan pertemuan dengan para pemimpin Eropa di seluruh benua dalam upaya untuk menopang modal politik dan menyelamatkan kesepakatan Brexit-nya.

sejumlah mata uang menguat oleh dorongan berita pembicaraan baru masalah konflik perdagangan AS dan China. Itu membantu mengangkat beberapa mata uang yang sensitif berisiko terhadap dolar AS. (Lukman Hqeem)