Emas Naik dibayangi rencana pidato Jerome Powell

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Pola grafik bearish telah terwujud dalam perdagangan emas, menunjukkan bahwa logam mulia kemungkinan akan memperpanjang tren penurunannya yang telah menyeretnya ke tingkat terendah ditahun 2018 ini. Tren turun ini terjadi ketika tanda-tanda ketidakpastian global tengah meningkat.

Mengacu pada kisaran perdagangan selama 50 hari terakhir, harga emas menunjukkan tren penurunannya. Grafik pergerakannya membentuk pola teknis yang dikenal sebagai salib kematian (Death Cross), di mana garis tren jangka pendek tergelincir di bawah rata-rata garis pergerakan jangka panjang. Banyak pengamat grafik percaya bahwa apa yang disebut salib kematian menandai perubahan tren dari titik penurunan jangka pendek menjadi tren turun jangka panjang.  Formasi persilangan ini yang pertama kali terbentuk sejak November 2016.

Para pelaku pasar telah mengaitkan penurunan emas baru-baru ini dengan penguatan dolar AS terhadap para pesaingnya selama beberapa minggu terakhir. Salah satu sentiment penguat Dolar adalah pernyataan Gubernur Federal Reserve. Dikatakan olehnya bahwa bank sentral akan melanjutkan rencananya untuk menaikkan suku bunga, hal yang membuat greenback menjadi bullish. Indek Dolar AS melompat ke puncak 11 bulan. Uang ini juga telah menikmati kenaikan 2,5% sepanjang 2018.

Sebagian pelaku pasar merasa bingung dengan penurunan harga emas saat ini yang terjadi di tengah jatuhnya sejumlah indek saham populer. Lazimnya, harga emas cenderung bergerak terbalik terhadap pergerakan bursa saham. Indek Dow Jones baru-baru ini turun lebih dari 200 poin, sedangkan indeks S& P 500 dan Nasdaq keduanya melemah tajam. (Lukman Hqeem)