Aksi Korporat seperti Pepsi, mendorong kenaikan bursa saham AS. (Lukman Hqeem/Ist.)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Bursa Saham AS naik dalam perdagangan awal minggu karena transaksi milyaran dolar AS kembali menegaskan keyakinan ekonomi AS akan melanjutkan stabilitas ekspansinya. Keyakinan ini akan mendorong kemajuan untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan yang kontroversial antara AS – Cina.

Indek Dow Jones naik 89,37 poin, atau 0,4%, untuk berakhir pada 25,758.69, dengan Nike Inc. naik 3,1% untuk mencapai level tertinggi dalam 52 minggu. Indek Indeks S&P 500 naik 6,92 poin, atau 0,2%, ke 2.857,05, dipimpin oleh sektor material dan energi. Indek Nasdaq membalikkan kerugian sebelumnya dengan naik 4,68 poin menjadi 7,821,01.

Saham-saham AS naik tajam minggu lalu, mengusung harapan naiknya membaiknya hubungan perdagangan, serta tanda-tanda stabilisasi di pasar mata uang Turki. Indek Dow Jones melonjak 1,4%, ke penutupan tertinggi sejak Februari. Indek S&P 500 naik 0,6% dan terpaut 1% pusat tertingginya. Indek Nasdaq merosot 0,3% selama minggu lalu, tetapi juga dalam jarak mencolok dari catatannya.

Saham penggerak perdagangan diantaranya adalah langkah akusisi PepsiCo Inc. dan Tyson Foods. Pepsi berencana membeli SodaStream International Ltd. senilai $ 3,2 miliar. Tyson Foods akan membeli Keystone Foods senilai $ 2,16 miliar dalam bentuk tunai.

Bursa saham juga menguat dengan dukungan laporan oleh The Wall Street Journal pada hari Jumat bahwa para perunding dari AS – Cina sedang memetakan pembicaraan. Hal ini supaya tujuan menyelesaikan sengketa perdagangan pada November nanti bisa tercapai. Tentu saja ini akan akan menghilangkan ketidakpastian besar atas pasar. Berita itu langsung memacu keuntungan besar di pasar Asia.

Meski demikian, pelaku pasar tetap akan melihat pengenaan tarif 25% pada impor Cina senilai $ 16 miliar, tindakan oleh administrasi Trump yang dikatakan China akan balas dendam.

Saham memangkas kenaikan hanya menjelang bel penutupan, setelah Reuters melaporkan bahwa Presiden Donald Trump, dalam sebuah wawancara, meningkatkan kritiknya terhadap Ketua Fed Jerome Powell dan suku bunga yang lebih tinggi. Bloomberg sebelumnya melaporkan bahwa Trump telah mengkritik Powell untuk tingkat yang lebih tinggi dalam sambutannya kepada para donor di acara penggalangan dana.

Investor juga memperhatikan kawasan yang bermasalah seperti Turki, di mana lira dan pasar saham jatuh di tengah inflasi tinggi, ketidakstabilan politik, dan utang, dan Italia, yang berjuang di bawah beban utangnya sendiri.

Penguatan bursa juga dianggap masih terimbas efek laporan pendapatan emiten beberapa waktu lalu. Meski laporan keuangan tersebut positif, namun katalis utama yang mendorong kenaikan indek saham adalah kelegaan investor sendiri atas krisis perdang dagang AS dengan mitra dagangnya, khususnya dengan Cina. Kedua negara ini tengah menggagas perundingan lanjutan. Investor telah menunjukkan keinginan mereka bahwa perang tarif akan mereda. Mereks bersiaplah mengantisipasi munculnya sejumlah volatilitas, jika gagal akan menekan pasar kembali.

Pelaku pasar akan memperhatikan dengan seksama pengumuman hari Rabu besok. Rilis dari risalah pertemuan terakhir Federal Reserve. Mencermati hasil risalah, untuk memberikan wawasan tentang pemikiran bank sentral AS dalam hal perubahan kebijakan. (Lukman Hqeem)